Cinta sejati itu tanpa embel-embel.



Cinta sejati itu tanpa embel-embel.


Banyak dari kita bilang cinta.. tetapi apa yang dilakukan jauh dari makna cinta itu sendiri, kadang cinta dan nafsu, ego menjadi satu tanpa tersadari, tanpa sadar kita jenuh akan suatu hubungan, kadang kita marah jika perhatian kita diabaikan, marah ketika”cinta kita tak terbalaskan, tidak menerima kekurangan orang yang kita “cintai”


Lalu apa dan bagaimana cinta itu sendiri?


Mungkin seperti matahari memberikan sinarnya tanpa minta imbal balik bagi dunia yang dia sinari meski kadang beberapa dari kita takut kena sinarnya. Seperti daun2 yang tumbuh dan seringkali tampa sadar kita menginjaknya atau menyobeknya. Mereaka tidak protes ketika ditebang, ketika dihalangi.


Cinta kita kemana?


Apakah kita harus berserah kepada manusia? Cinta kita untuk seseorang? Bagaimana cinta kita kepada Sang Maha Pencipta? Apakah kita sudah cinta padaNYA? Apakah cinta kita kepada manusia atau dunia ini melebihi cinta kita kepadaNYA.


Lalu bagaimana kita harus menyingkapi kehidupan kita didunia ini? Apakah kita harus berserah dengan apa yang terjadi dengan kita meskipun menurut kita kejadian atau keadaaan itu sangat menjengkelkan, sangat tidak menyenangkan. Ataukah kita sudah terbelenggu dengan kesenangan didunia itu sendiri? 


Bagaimana denga anak istri kita? Karena kadang hati kita tidak terima atas apa yang meraka lakukan, menjengkelkan, menyakiti hati, tidak mau mendengarkan apa yanag kita sampaikan.  Padahal kita sudah memberikan apa yang kita punya dengan maksimal. Apakah lkarena ego kita? Apakah karena kita tidak cinta kepada mereka? Seperti matahari dan alam ini memberikan kebaikannya kepada kita tanpa protes dengan apa yang kita lakukan. 


Apakah kita harus menyeoimbangkan antara cinta kita kepada Tuhan dan kepada manusia? Karean kenyataan yang terjadi jika kita meninggalka mereka, mrekapun tidak akan memikirkan  kita seterusnya. Lalu bagaimana kita mencintai mereka? Apakah sekedarnya? Apakah semaksimal mungkin. Dengan bagaimana? Karean kita tau manusia tidak makan pernah puas dengan apa yang kita berikan kepada mereka? Mampukah kita? Karean apa yang diberikan Tuhanpun kadang tidak pernah kita syukuti, selalu kurang bahkan mungkin seluruh dunia ini milik kita pun masih kurang.


Entahlah, hanya TUHAN yang tau bagaimana kita seharusnya. Mungkin kita hanya harus berserah kepadaNYA. Menyerahkan seluruh persoalan kita, keadaan kita kepadaNYA. Dan dengan tetap berbuat baik, tidak membuat kerusakan di kehidupan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar